Pages

Minggu, 19 Desember 2010

laporan tanah



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Tanah merupakan terbentuk dari pelapukan batu-batuan. Komposisi tanah terdiri dari  mineral, udara, air dan bahan organik. Tanah mendukung berbagai bentuk kehidupan, khususnya pertumbuhan tanaman sebagai contoh utama. Tanah berfungsi sebagai tempat tumbuhnya tanaman yang menangkap sinar matahari. Dengan fungsi tersebut tanah berperan dalam siklus global karbon.
Tekstur tanah menunjukkan kasar atau halusnya suatu tanah. Teristimewa tekstur merupakan perbandingan relatif pasir, debu dan liat atau kelompok partikel dengan ukuran lebih kecil dari kerikil. Tekstur tanah sering berhubungan dengan permeabilitas, daya tahan memegang air, aerase dan kapasitas tukar kation serta kesuburan tanah.
Ada dua metode untuk mengetahui tekstur tanah. Pertama metode kualitatif filing, yaitu menggunakan indra peraba jarijari tangan dan indra perasa lidah. Metode ini lebih mudah digunakan untuk menentukan tekstur tanah. Kedua metode kuantitatif, pada metode ini alat yang di gunakan adalah pipet.

1.2  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui macam macam tekstur tanah
2.      Untuk mengetahuifaktor yang mempengaruhi dan dipengaruhi tekstur tanah
3.      Untuk mengetahui hubungan tekstur dengan sifat fisik tanah lainnya

1.3  MANFAAT
1.      Untuk menambah pengetahuan tentang tekstur tanah.
2.      Untuk mengetahui hubungan tekstur dengan usaha pengelolaan tanah pertanian.

BAB II
METODOLOGI

A.  ALAT DAN BAHAN
ALAT
1.      Piring        : untuk wadah tanah
2.      Bolpoin    : untuk menulis
3.      Kertas       : untuk menuliskan hasil
BAHAN
1.    Tanah liat             : bahan penelitian
2.    Tanah debu          : bahan penelitian
3.    Tanah pasir           : bahan penelitian
4.    Aquades               : bahan penelitian

B.  ALUR KERJA

Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan penelitian tekstur tanah
(menganalisis tanah yang tercampur aquades)
menggunakan metode feeling (jari tangan)

Ambil segumpal tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga dapat
ditekan

Buat gulungan dengan diameter ½ cm dan panjang sekitar 5cm

Menuliskan hipotesis hasil

Menuliskan hasil


C.  ANALISIS PERLAKUAN
Penetapan Tekstur Tanah Menurut Perasaan di Lapang (lahan ijo). Penetapan tekstur tanah di lapang dapat menggunakan metode feeling dilakukan dengan cara merasakan atau meremas contoh tanah antara ibu jari dan telunjuk.
Adapun metodenya adalah sebagai berikut :
1. Ambil segumpal tanah kira-kira sebesar kelereng, basahi dengan air hingga dapat
ditekan
2. Pijit contoh tanah dengan ibu jari dan telunjuk, kemudian
buat gulungan
sambil dirasakan. Langkah pertama yang perlu ditetapkan adalah apakah tanah
tersebut bertekstur liat, lempung berliat, lempung atau pasir.
Kemudian tuliskan hasil dan laporan.
          Perlakuan penelitian pada jurnal (gunung kidul), Sebelum melakukan pengamatan lapangan, maka disiapkan alat dan bahan. Penentuan titik profil di lapangan mempertimbangkan beberapa hal antara lain
 1). Tanah yang terbentuk di atas batuan karst
2). Perbedaan tipe ekosistem karst pada tiap-tiap titik profil. Pemerian profil meliputi : tebal solum, batas lapisan, warna, tekstur, struktur, konsistensi, pH (H2O), pada tiap-tiap lapisan. Pengambilan cuplikan tanah dilakukan dengan pembuatan profil sebanyak enam titik pada tiga tipe ekosistem.
Data hasil analisis tanah di lapangan dan laboratorium digunakan untuk membandingkan sifat-sifat tanah antar horizon dan antar profil. Bentuk hubungan parameter dengan jeluk tanah dan bentuk hubungan antar parameter tanah dianalisis dengan metode korelasi.

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.  ANALISIS TEKSTUR
Penelitian hasil tekstur pada lapangan (lahan ijo) menunjukan tekstur yang dominan yaitu debu 75% karena rasa tanah licin sekali dapat sedikit digulung dan agak melekat. Sedangkan tekstur pasir hanya 5%,dan tekstur liat 20%.
Sedangkan pada jurnal  Hasil analisis sifat-sifat fisik tanah Profil PGk, LBa, LBb dan RSa memiliki kelas tekstur yang seragam untuk setiap horizon penyusun tanah yakni lempung berat sedangkan profil PGb dan RSb memiliki kelas tekstur yang tidak seragam untuk penyusun horizon tanah yakni bertekstur lempung berat, geluh empung pasiran dan lempung (Tabel 1). Hal ini menunjukkan bahwa profil PGk, LBa, LBb dan RSa mengalami tingkat pelapukan yang lebih intensif dibanding profil PGb dan RSb. Menurut Buckman dan Brady (1969), perbedaan agihan besar butir lebih sering dihubungkan dengan perbedaan pelapukan, dimana pelapukan yang makin intensif akan menghasilkan fraksi.

B.  MACAM-MACAM TEKSTUR TANAH
1.      Liat (Clay)
-          Rasa berat
-          Membentuk bola yang baik
-          Melekat sekali
2.      Liat Berdebu (Silty Clay)
-          Rasa agak licin
-          Membentuk bola bila dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
-          Melekat sekali
3.      Liat Berpasir (Sandy Clay)
-          Rasa licin agak kasar
-          Membentuk bola bila dalam keadaan kering sukar dipijit, mudah digulung
-          Melekat sekali
4.      Lempung Liat berdebu (silty Clat Loam)
-          Rasa jelas licin
-          Membentuk bola teguh, gulungan mengkilat
-          Melekat
5.      Lempung berliat (Clay Loam)
-          Rasa agak kasar
-          Membentuk bola agak teguh bila kering, membentuk gulungan bila dipirid dan gulungan mudah hancur
-          Melekatnya sedang
6.      Lempung (loam)
-          Rasa tidak kasar dan tidak licin
-          Membentuk bola teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat
-          Melekat
7.      Lempung liat berpasir (sandy clay loam)
-          Rasa agak jelas
-          Membentuk bola yang agak teguh kering, membentuk gulungan jika dipirid dan gulungan mudah hancur
-          Melekat
8.      Lempung berpasir (sandy loam)
-          Rasa kasar agak jelas
-          Mambentuk bola yang agak keras tetapi mudah hancur
9.      Liat berat
-          Rasa berat sekali
-          Membentuk bola yang baik
-          Melekat sekali
10.  Debu (silt)
-          Rasa licin sekali
-          Membentuk bola yang teguh, dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilat
-          Agak melekat

11.  Pasir Berlempung (loamy sang)
-          Rasa kasar sangat jelas
-          Membentuk bola yang mudah sekali hancur
-          Sedikit sekali melekat
12.  Pasir (sand)
-          Rasa kasar jelas
-          Tidak membentuk bola dan gulungan
-          Tidak melekat
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)

C.  PERBEDAAN TEKSTUR UTAMA
Pasir :
·         Mengandung minimal 70%  pasir atau bertekstur pasir atau pasir berlempung (3 macam).
·         Terasa kasar, tanpa rasa licin dan tanpa rasa lengket,serta tidak bisa membentuk gulungan atau lempengan kontinu.


Liat  :
·          Mengandung minimal 37,5% liat atau bertekstur liat,liat berdebu atau berpasir (3 macam).
·          Partikel tanah halus,lengket dan dapat dibuat gulungan atau lempengan kontinu.
Debu :
·           Terasa agak halus dan agak lengket,tetapi tidak licin.
·           Biasanya berasal dari mineral feldspar dan mika yang cepat lapuk,pada saat pelapukannya akan membebaskan sejumlah hara, sehingga tanah bertekstur debu umumnya lebih subur.
(Hardjowigero, 2000)



D.  GAMBAR SEGITIGA TEKSTUR

Segitiga tekstur merupakan suatu diagram untuk menentukan kelas-kelas testur tanah. Ada 12 kelas tekstur tanah yang dibedakan oleh jumlah persentase ketiga fraksi tanah tersebut.

E.  FAKTORV YANG MEMPENGARUHI DAN DIPENGARUHI TEKSTUR
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI :
1.      Iklim
Faktor iklim dipengaruhi oleh suhu dan curah hujan. Jika suhu tinggi, maka curah hujan pun tinggi (intensif).
2.      Bahan induk
Batuan induk yang berbeda akan menghasilkan tekstur yang berbeda pula.
3.      Topografi
Topografi dipengaruhi oleh ketinggian, lereng, dan kondisi lahan.
4.      Organisme
Organisme yang hidup di tanah dan menguntungkan bagi tanah contohnya cacing. Cacing berguna sebagai unsur hara dan penyubur tanah.
5.      Waktu
Semakin lama berjalannya waktu, maka pembentukan tekstur akan semakin baik.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)
FAKTOR YANG DIPENGARUHI :
1.         Struktur
Merupakan gumpalan tanah yang berasal dari partikel-partikel tanah yang saling merekat satu sama lain karena adanya perekat misalnya eksudat akar, hifa jamur, lempung, humus, dll.

2.         Pengolahan
dapat memperbaiki sifat tanah atau dapat juga berpengaruh issale issal menimbulkan erosi

3.         Porositas
Distribusi, kontinuitas pori menentukan aliran air dan udara

4.         konsistensi
Adalah derajad kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah.
(Anonymous, 2010)


F.   HUBUNGAN TEKSTUR DENGAN SIFAT FISIK TANAH LAINNYA
1.      Struktur tanah
Struktur tanah merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur tanah ini terjadi karena butir-butir pasir, debu, dan liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat seperti bahan organik, oksida-oksida besi, dan lain-lain. Gumpalan-gumpalan kecil (struktur tanah) ini mempunyai bentuk, ukuran, dan kemantapan (ketahanan) yang berbeda-beda.


2.      Warna tanah
Warna tanah merupakan gabungan berbagai warna komponen penyusun tanah. Warna tanah berhubungan langsung secara proporsional dari total campuran warna yang dipantulkan permukaan tanah. Warna tanah sangat ditentukan oleh luas permukaan spesifik yang dikali dengan proporsi volumetrik masing-masing terhadap tanah. Makin luas permukaan spesifik menyebabkan makin dominan menentukan warna tanah, sehingga warna butir koloid tanah (koloid anorganik dan koloid organik) yang memiliki luas permukaan spesifik yang sangat luas, sehingga sangat mempengaruhi warna tanah.
3.       Kadar air
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
(syarief, 1979)
4.    KAJIAN MENGENAI PENGARUH FAKTOR TEKSTUR DALAM USAHA PERTANIAN
Sebaiknya dalam memilih lahan untuk pertanian diperhatikan masalah tekstur tanah karena mempengaruhi kandunganbahan organik atau unsur hara yang diperlukan oleh tumbuhan serta kemampuan menyimpan air dan aerasi.
(anonymos, 2010)
5.    DATA HASIL PRAKTIKUM
Hasil dari penelitian menggunakan metode feeling yang pertama debu berasa licin sekali, dapat sedikit digulung, dan sedikit melekat. Kedua pasir rasa kasar jelas, tidak membentuk bola, dan tidak melekat. Ketiga liat rasa berat, membentuk bola yang baik, dan melekat sekali. Penelitian menggunakan sample dari lahan ijo menunjukkan bahwa  :
No.
Tekstur
Persentasi
1.
Debu
75 %
2.
Pasir
5%
3.
Liat
20%
Berdasarkan hasil penelitian, tanah dari lahan ijo  persentase debu 75% karena rasa tanah licin sekali dapat sedikit digulung dan agak melekat, pasir 5% rasa, liat 20%. Bahwa tanah pada lapisan ini termasuk tekstur debu, hal ini terjadi karena persentase debunya yang lebih besar.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    KSIMPULAN
1.    Terdapat tiga tekstur pada tanah, yaitu pasir, liat dan debu. Dan masing-masing tekstur mempunyai fungsi tersendiri.
2.    Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, tekstur tanah pada penelitian lebih dominan pada debu dengan persentasi tertinggi 75%.

B.     SARAN
1.    Dari data di atas masih ada yang belum sempurna dan mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf dan berharap mendapat bimbingan lebih lanjut.
2.    Karena masih pada tahap pembelajaran lebih lanjut diharapkan adanya penambahan waktu untuk pengumpulan laporan.

DAFTAR PUSTAKA
Hardjowigero, Sarwono. 2000. “ILMU TANAH”. PT. Meddiyatama Sarana Perkasa.
Jakarta
Sarief Saifuddin.1998. “ILMU TANAH PERTANIAN”. Pustaka Buana. Jakarta
Tim Dosen Jurusan Tanah.2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Malang : Universitas Brawijaya.


 
BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Konsistensi tanah yaitu ketahanan tanah terhadap perubahan bentuk yang ditentukan oleh sifat kohesi dan adhesi yang menentukan kekuatan dan kedaan alami gaya-gaya diantata partikel-partikel tanahnya. Konsistensi berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap pertanaman yang diusahakan. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan.
Pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan hasil tanam yang baik pula, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang konsistensi tanah.

1.2  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui definisi konsistensi tanah
2.      Untuk mengetahui macam-macam konsistensi tanah
3.      Untuk mengetahui metode pengukuran konsistensi tanah
4.      Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi konsistensi tanah
5.      Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi konsistensi tanah

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  DEFINISI KONSISTENSI TANAH
Konsistensi tanah menunjukkan integrasi antara kekuatan daya kohesi butir-butir tanah dengan daya adhesi butir-butir tanah dengan benda lain. Keadaan tersebut ditunjukkan dari daya tahan tanah terhadap gaya yang akan mengubah bentuk.
(anonymous,a. 2010)

Konsistensi tanahAdalah salah satu sifat fisika tanah yang menggambarkan ketahanan tanah pada saat memperoleh gaya atau tekanan dari luar yang menggambarkan bekerjanya gaya kohesi (tarik menarik antar partikel) dan adhesi (tarik menarik antara partikel dan air) dengan berbagai kelembaban tanah.
(anonymous,b.2010)

Konsistensi tanah ditakrifkan sebagai bentuk kerja kakas fisik adhesi dan kohesipartikel-partikel tanah pada berbagai tingkat kelengasan.
(Sutanto,2005)
2.2  MACAM-MACAM KONSISTENSI TANAH

Konsistensi Basah
1. Tingkat Kelekatan
, yaitu menyatakan tingkat kekuatan daya adhesi antara butir-butir tanah dengan benda lain, ini dibagi 4 kategori:
(1) Tidak Lekat : yaitu dicirikan tidak melekat pada jari tangan atau benda lain.
(2) Agak Lekat : yaitu dicirikan sedikit melekat pada jari tangan atau benda lain.
(3) Lekat : yaitu dicirikan melekat pada jari tangan atau benda lain.
(4) Sangat Lekat : yaitu dicirikan sangat melekat pada jari tangan atau benda lain.

2. Tingkat Plastisitas, yaitu menunjukkan kemampuan tanah membentuk gulungan, ini dibagi 4 kategori berikut:
(1) Tidak Plastis : yaitu dicirikan tidak dapat membentuk gulungan tanah.
(2) Agak Plastis : yaitu dicirikan hanya dapat dibentuk gulungan tanah kurang dari 1 cm.
(3) Plastis : yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan sedikit tekanan untuk merusak gulungan tersebut.
(4) Sangat Plastis : yaitu dicirikan dapat membentuk gulungan tanah lebih dari 1 cm dan diperlukan tekanan besar untuk merusak gulungan tersebut.

Konsistensi Lembab
Pada kondisi kadar air tanah sekitar kapasitas lapang, konsistensi dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas : yaitu dicirikan tanah tidak melekat satu sama lain atau antar butir tanah mudah terpisah (contoh: tanah bertekstur pasir).
(2) Sangat Gembur : yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah sekali hancur bila diremas.
(3) Gembur : yaitu dicirikan dengan hanya sedikit tekanan saat meremas dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Teguh / Kokoh : yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan agak kuat saat meremas tanah tersebut agar dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Teguh / Sangat Kokoh : yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan berkali-kali saat meremas tanah agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.
(6) Sangat Teguh Sekali / Luar Biasa Kokoh : yaitu dicirikan dengan tidak hancurnya gumpalan tanah meskipun sudah ditekan berkali-kali saat meremas tanah dan bahkan diperlukan alat bantu agar dapat menghancurkan gumpalan tanah tersebut.

Konsistensi Kering
Penetapan konsistensi tanah pada kondisi kadar air tanah kering udara, ini dibagi 6 kategori sebagai berikut:
(1) Lepas : yaitu dicirikan butir-butir tanah mudah dipisah-pisah atau tanah tidak melekat satu sama lain (misalnya tanah bertekstur pasir).
(2) Lunak : yaitu dicirikan gumpalan tanah mudah hancur bila diremas atau tanah berkohesi lemah dan rapuh, sehingga jika ditekan sedikit saja akan mudah hancur.
(3) Agar Keras : yaitu dicirikan gumpalan tanah baru akan hancur jika diberi tekanan pada remasan atau jika hanya mendapat tekanan jari-jari tangan saja belum mampu menghancurkan gumpalan tanah.
(4) Keras : yaitu dicirikan dengan makin susah untuk menekan gumpalan tanah dan makin sulitnya gumpalan untuk hancur atau makin diperlukannya tekanan yang lebih kuat untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah.
(5) Sangat Keras : yaitu dicirikan dengan diperlukan tekanan yang lebih kuat lagi untuk dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah makin sangat sulit ditekan dan sangat sulit untuk hancur.
(6) Sangat Keras Sekali / Luar Biasa Keras : yaitu dicirikan dengan diperlukannya tekanan yang sangat besar sekali agar dapat menghancurkan gumpalan tanah atau gumpalan tanah baru bisa hancur dengan menggunakan alat bantu (pemukul).
(anonymous,c.2010)
2.3  METODE PENGUKURAN KONSISTENSI TANAH
Metode pengukuran konsistensi tanah dilakukan dengan dua cara yaitu kualitatif dan kuantitatif :
1.      Secara kualitatif
Penentuan ketahanan massa tanah terhadap remasan, tekanan, atau pijitan tangan pada berbagai kadar air tanah.

2.      Secara kuantitatif
Sering disebut dengan angka atterberg, karena atterberg adalah pelopor penetapan batas-batas konsistensi tanah yang dinyatakan dengan angka kandungan air pada batas cair dan batas plastis suatu tanah.


2.4  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSISTENSI
1.      Kelengasan tanah
a.       Kering
Dengan cara memecahkan agregatdalam keadaan kering angin
b.      Lembab
Pada saat kandungan lengan kurang lebih antara kering angin dan kapasitas lapang.
c.       Basah
Pada saat keadaan basah atau berada di atas kapasitas lapang.
2.      Tekstur tanah
Tekstur tanah yang berbeda mempunyai kemampuan menahan air yang berbeda pula. Tanah bertekstur halus, contohnya: tanah bertekstur liat, memiliki ruang pori halus yang lebih banyak, sehingga berkemampuan menahan air lebih banyak. Sedangkan tanah bertekstur kasar, contohnya: tanah bertekstur pasir, memiliki ruang pori halus lebih sedikit, sehingga kemampuan manahan air lebih sedikit pula.
3.      Kadar air
Jika kadar air baik konsistensi baik (gembur dan tidaknya tanah).
4.      Struktur tanah
Jika strukturnya lempung, maka konsistensi baik, jika struktur remah maka konsistensi buruk.
5.      Organisme
Organisme menghasilkan sisa metabolisme yang bercampur dengan tanah. Jadi jika organisme banyak maka konsistensi baik.

(sutanto,2005)
2.5  FAKTOR YANG DIPENGARUHI KONSISTENSI
1.      Perakaran : jika konsistensi tinggi sistem perakaran semakin sulit perakaran semakin sulit
2.      Pengolahan : tanah-tanah yang mempunyai konsistensi baik umumnya mudah diolah dan tidak melekat pada alat pengolah tanah.
(sutanto,2005)

BAB III
METODOLOGI
3.1  ALAT DAN BAHAN
ALAT
1.      Bolpoin                            : untuk menulis
2.      Buku                                : untuk mencatat hasil
3.      Botol penyemprot                        : wadah air
4.      Piring                                : wadah tanah

BAHAN
1.      Tanah                   : bahan penelitian
2.      Aquadestilata       : membasahi tanah

3.2  CARA KERJA

Siapkan tanah dengan agregat utuh pada keadaan kering

Ambil agregat dan dipijat

ambil agregat yang dibasahi

uraikan sifat konsistensi tanah

tuliskan hasil

3.3  ANALISIS PERLAKUAN
Pada lab. Siapkan contoh tanah dengan agregat keadaan kering dan siapkan botol penyemprot. Ambil agregat kering pijat dan rasakan trmasuk konsistensi kerng yangmana. Kedua ambil agregat yang disemprot lembab, pijit dan rasakan termsuk konsistensi lemabab yangmana. Ketiga ambil agregat yang basah, pijit atau gulung tanah apakah gulunan patah atu tidak.tentukan konsistensinya. Timbang berat waktu basah, kemudian keringkan di oven selama 24 jam, setelah 24 jam angkat dan timbang berat setelah kering. Hitung kadar airnya. Sedangkan pada jurnal, Pencampuran Lempung Kaolinite dengan Bentonite, Benda uji. Untuk semua variasi perbandingan campuran tanah, dibuat benda uji dengan bantuan alat konsolidasi. Timbang campuran tanah seberat 500 gram. Campurkan dengan air sejumlah sekitar 1 s/d. 4 kali harga LL untuk setiap 100 gram campuran tanah. Campuran tanah yang telah berbentuk bubur (slurry) kemudian dimasukkan kedalam tabung dengan diameter 6.35 cm dan tinggi 14 cm, kemudian dikonsolidasi. Karena tidak dilakukan pengukuran perubahan tegangan air pori didalam sample, maka pembebanan dihentikan setelah 4 hari.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  TABEL DATA HASIL PRAKTIKUM
Pada pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
Tekstur tanah
Keadaan tanah
konsistensi
Pasir
1.      Kering
lepas

2.      lembab
lepas

3.      basah
Agak lekat

4.      plastis
Tidak plastis
Debu
1.      Kering
lunak

2.      lembab
Sangat gembur

3.      basah
Agak lekat

4.      plastis
Tidak plastis
Liat
1.      kering
Agak keras

2.      lembab
teguh

3.      basah
Sanagt lekat

4.      plastis
Sangat plastis
Sample ijo
1.      kering
Agak keras

2.      lembab
gembur

3.      basah
lekat

4.      plastis
Sangat plastis

4.2  PEMBAHASAN
Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh massa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air, atau karena keadaan drainase yang kurang baik. Air dapat meresap atau ditahan oleh tanah karena adanya gaya-gaya adhesi, kohesi, dan gravitasi.
Banyaknya kandungan air dalam tanah berhubungan erat dengan besarnya tegangan air dalam tanah tersebut. Besarnya tegangan air menunjukkan besarnya tenaga yang diperlukan untuk menahan air tersebut di dalam tanah. Tanah-tanah bertekstur kasar mempunyai daya menahan air lebih kecil daripada tanah bertekstur halus. Oleh karena itu, tanaman yang ditanam pada tanah pasir umumnya lebih mudah kekeringan daripada tanah-tanah bertekstur lempung atau liat.
Kondisi kelebihan air ataupun kekurangan air dapat mengganggu pertumbuhan tanaman.

4.3  PERHITUNGAN KADAR AIR
Berat awal – berat akhir = ...
Kadar air
Ka = BB-BKO x 100%          BB = Berat basah
                        BK                              BKO = Berat kering oven
                                                            BK = Berat kering
Hasil :
tanah
BB
BKO
BK
hasil
sampel
20,75
14,32
14,32
44,90%
liat
17,27
11,50
11,50
50,17%

             

4.4   PENGARUH KADAR AIR DALAM PENGOLAH TANAH
Pengaruh kadar air didalam pengolahan tanah yaitu :
1.       sebagai pelarut dan pembawa ion-ion hara dari rhizosfer ke dalam akar tanaman
2.       sebagai agen pemicu pelapukan bahan induk, perkembangan tanah, dan differensi horison
3.       sebagai pelarut dan pemicu reaksi kimia dalam penyediaan hara, yaitu dari hara tidak tersedia menjadi hara yang tersedia bagi akar tanaman
4.       sebagai penopang aktivitas mikrobia dalam merombak unsur hara yang semula tidak tersedia menjadi tersedia bagi akar tanaman.
5.       sebagai pembawa oksigen terlarut ke dalam tanah
6.       sebagai stabilisator temperatur tanah
7.        mempermudah dalam pengolahan tanah kandungan air tidak kering dan tidak terlalu basah agar tidak merusak struktur tanah.

4.5  KAJIAN PENGARUH KONSISTENSI DALAM USAHA PERTANIAN
Konsistensi berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap pertanaman yang diusahakan. Gaya yang akan mengubah bentuk tersebut misalnya pencangkulan, pembajakan, dan penggaruan. Pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan hasil tanam yang baik pula, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang konsistensi tanah.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  KESIMPULAN
1.      Konsistensi berpengaruh terhadap pengolahan tanah. Pengolahan tanah berpengaruh terhadap pertanaman yang diusahakan. Pengolahan tanah yang baik akan menghasilkan hasil tanam yang baik pula, untuk itu diperlukan pengetahuan tentang konsistensi tanah.
2.      Semakin plastis konsistensinya, semakin banyak kadar air yang terkandung.

5.2  SARAN
1.      Dari data di atas masih ada yang belum sempurna dan mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf dan berharap mendapat bimbingan lebih lanjut agar mahasiswa lebih paham mengenai konsistensi tanah.


DAFTAR PUTAKA

-          Anonymous,a.2010.http://dasar2ilmutanah.blogspot.com/2009/04/sifat-fisika-tanah-bagian-5-konsistensi.html.17okt’10
-          Sutanto, Rachman. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Kanisus, Yogyakarta.















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1  DEFINISI BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS

Berat isi merupakan suatu sifat tanah yang menggambarkan taraf kemampatan tanah. Tanah dengan kemampatan tinggi dapat mempersulit perkembangan perakaran tanaman, pori makro terbatas dan penetrasi air terhambat.
(Darmawijaya, 1997)

Bulk density is defined as the mass of many particles of the material divided by the total volume they occupy. The total volume includes particle volume, inter-particle void volume and internal pore volume.
berat isi didefinisikan sebagai massa banyak partikel bahan dibagi dengan total volume yang mereka tempati. Jumlah volume termasuk volume partikel, volume void antar partikel dan volume pori internal.’
(anonymous,a.2010)

Berat Jenis adalah berat tanah kering per satuan volume partikel-partikel padat (tidak termasuk volume pori-pori tanah).
(Hardjowigeno, 1992)

Particle density represents the density of the soil (i.e., mineral) particles collectively and is expressed as the ratio of the solid phase mass to the volume of the solid phase of the soil.
Partikel tanah merupakan kepadatan tanah (yaitu, mineral) partikel kolektif dan dinyatakan sebagai rasio massa fasa padat dengan volume fase padat dari tanah.’
(anonymous,b.2010)


2.2  METODE PENGUKURAN BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS
a.       Metode Silinder
Metode silinder sangat mudah dan sederhana serta praktis untuk tanah-tanah yang tidak bersifat mengembang mengerut, dan pengukuran bobot isi denngan menggunakan silinder yaitu pipa PVC yang berbentuk tabung ditancapkan kedalam tanah sampai bagian atas silinder tanah.
b.      Metode Clod
Pengukuran bobot isi dengan metode clod digunakan pada tanah yang bersifat mengembang dan mengkerut serta sulit diambil contohnya dengan silinder.
c.       Metode Wash Boring
Tanah dikikis dengan menggunakan mata bor cross bit yang mempunyai kecepatan putar 375 rpm dan tekanan ± 200 kg. pengikisan dibantu dengan tiupan air lewat lubang stang bor yang dihasilkan pompa seniri fulgar 3. Hal ini yang menyebabkan tanah yang terkikis terdorong keluar dari lubang bor.
d.      Metode Radioaktif / sinar gamma
Metode ini pada pengukuran Berat Isi (BI) digunakan secara langsung ditempat terbuka (lapangan) pada tanah-tanah yang mudah mengembang serta mengerut, sehingga dalam penetapanya diperhitungkan pada kondisi hisapan bor.
(Tim Dosen FPUB, 2010)

2.3  FAKTOR YANG MEMPENGARUHI BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS
a.      Struktur Tanah
Tanah yang mempunyai struktur yang mantap (lempeng) mempunyai (BI) yang lebih tinggi daripada tanah yang mempunyai struktur yang kurang mantap (remah)
b.      Pengolahan Tanah
Jika suatu tanah sering diolah tanah tersebut memiliki berat isi yang tinggi daripada tanah yang dibiarkan saja, dan didalam pengolahan tanah yang baik akan meanghasilkan tanah yang baik pula.
c.      Pemadatan tanah
Berat volume kering meningkat sebanding dengan energi pemadatan, tahanan penetrasi meningkat sebanding dengan energi pemadatan, permeabilitas menurun berbanding terbalik dengan energi pemadatan.
d.     Kadar air
Semakin tinggi kadar air, maka semakin berat bobot tanah.
e.      Bahan Organik
Jika didalam tanah tersebut banyak ditemukan bahan organik tanah tersebut memiliki Berat Isi lebih banyak disbanding tanah yang tidak terdapat bahan organik . jadi bahan organik sebanding lurus dengan bobot isi
f.        AgregasiTanah
Agregasi merupakan proses pembentukan agregrat-agregrat tanah dengan terbentuknya agregat-agregat itu, tanah menjadi berpori-pori, sehingga tanah menjadi gembur, dapat menyimpan dan mengalirkan udara dan air. Agregat tanah memiliki ukuran yang lebih besar daripada partikel-partikel tanah.
(Hakim, 1986)

g.   TeksturTanah
Partikel-partikel tanah yang ukuran partikelnya kasar, memilki nilai berat jenis yang tinggi misalnya pasir, ukuran partikel pasir lebih besar daripada ukuran partikel liat sehingga berat jenis pasir lebih tinggi dari pada liat dan sebaliknya.
(Darmawijaya, 1997)
h.  BahanOrganikTanah
Bahan organik tanah merupakan penimbunan dari sisa-sisa tanaman dan binatang yang sebagaian telah mengalami pelapukan dan pembentukan kembali. Bahan Organik tanah memiliki berat jenis tanah. Semakin banyak kandungan bahan organik tanah, menyebabkan semakin rendahnya berat jenis tanah.
(Rahardjo, 2001)

2.4  FAKTOR YANG DIPENGARUHI BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS
1.      Perakaran
BI tinggi akar mudah menembus akar karena ruang pori yang rendah.
2.      Perkolasi
Masuknya air kepermukaan tanah.
3.      Porositas
Porositas mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan perakaran tanaman.
4.      Infiltrasi
Jika sebuah tanah memiliki rongga atau pori-pori yang banyak maka penyerapan air akan baik atau cepat.
(Tim Dosen FPUB, 2010)

BAB III
METODOLOGI

3.1  ALAT DAN BAHAN
ALAT
1.      Bolpoin                : untuk menulis
2.      Buku                    : untuk mencatat hasil
3.      Ring                     : tempat pengambilan tanah
4.      Pisau                     : untuk memotong dan membersihkan tanah pada ring
5.      Kain kassa            : untuk penutup tanah didalam ring saat dioven
6.      Oven                    : pengering tanah
7.      Timbangan           : menimbang berat tanah
8.      Jangka sorong      : mengukur panjang dan diameter tanah dan ring

BAHAN
1.      Tanah sample       : bahan penelitian
2.      Aquadestilata       : membasahi tanah

3.2  ALUR KERJA

Siapkan alat dan bahan

Bersih dan rapikan tanah yang berada pada ring ukur tinggi dan diameter tanah/ring

tutup tanah pada ring menggunakan kassa kemudian rendam kurang lebih 24 jam

timbang tanah dan ring pada keadaan basah

oven tanah kurang lebih 24 jam

timbang tanah dan ring sesudah kering

hitung dan catat hasilnya


3.3  ANALISIS PERLAKUAN
Pada praktikum yang dilakukan. Pertama siapkan alat dan bahan. Kemudian bersihkan dan rapikan tanah pada ring yang akan di basahi selama 24 jam kemudian ditimbang. Setelah itu keringkan tanah ring pada oven kurang lebih 24 jam. Timbang dan hitung hasilnya.Perbandingan berat tanah yang telah dioven selama 24 jam dengan tanah yang tidak dioven yaitu lebih berat tanah yang tidak dioven. Ini dikarenakan tanah yang tidak dioven masih mengandung berat air dan udara yang terkandung didalamnya dan juga pori-pori yang terdapat pada tanah. Sedangkan berat tanah yang sudah dioven sudah tidak lagi terdapat kandungan air sehingga berat yang diukur lebih ringan dibandingkan pada tanah yang tidak dioven.
 Sedangkan pda jurnal peneliti melakuka analisa pada lahan gambut. Bahan yng digunakan dalam mengukur dan penetapan bobot isi adalah 30 ring sample dan 30 literan, timbangan, kantong plastik, dan label. Penetapan dilakukan pada kondisi basah, lembab dan kering. Hasil pengukuran literan menghasilkan angka angka yang lebih besar dibandingkan menggunakan ring sample. Penerapan ring sample hanya cocok untuk jenis tanah mineral yang mempunyai variasi sebaran homogen.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  TABEL DATA HASIL PRAKTIKUM
Pada pengamatan diperoleh hasil sebagai berikut :
No
kode
T
(cm)
D
(cm)
br + tb
(gr)
br + to (X)
(gr)
br (Y)
(gr)
1.
Sample tanah
4,93
4,50
269,56
190,87
50,11
Ket :
T = tinggi tanah
D = Diameter tanah
br + tb = berat (ring + tanah basah)
br + to = berat (ring + tanah oven)
br = berat ring

4.2  PEMBAHASAN DATA PRAKTIKUM
Dari data yang sudah diteliti menunjukkan bahwa tinggi pada tanah sample 4,93 berdiameter 4,50 berat basah ring + tanah 269,56 berat kering ring + tanah 190,87. Hasil pada praktikum menunjukkan bahwa bobot tanah pada saat basah lebih berat dari pada setelah di oven. Bobot tanah menyusut 78,69. Hal ini di karenakan tanah yang tidak dioven masih mengandung berat air dan udara yang terkandung didalamnya dan juga pori-pori yang terdapat pada tanah.

4.3  PERHITUNGAN BOBOT ISI
Diameter ring = 5,36 cm
Jari-jari ring = 2,68
Tinggi ring = 4,93 cm
Diameter tanah kering = 4,5 cm
Jari-jari tanah kering = 2,25 cm
Berat tanah basah + ring = 269,56 gr
Berat ring = 50,11 gr
Berat cawan = 9,53 gr
Berat tanah kering + ring = 190,87 gr
Berat kering = 190,87 – (50,11 + 9,53) = 131,23 gr
Vol tanah   = πr²t
                      = 3,14 x 2,252 x 4,93
                      = 78,37cm3
BI = masa kering
         Vol tanah
     = 131,74
         78,37
     = 1,68 gr/cm3

4.4  PENGARUH KADAR BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS (BIDANG PERTANIAN)
Salah satu manfaat nilai berat isi tanah, yaitu untuk menghitung porositas. Untuk menghitung porositas kita harus mengetaui berat jenis partikelnya terlebih dahulu. Sedangkan salah satu manfaat berat jenis, yaitu untuk menentukan perhitungan ruang pori dalam tanah. Untuk menghitung ruang pori dalam tanah, kita harus mengetahui berat isi tanah terlebih dahulu. Porositas mempunyai pengaruh kuat terhadap perkembangan perakaran tanaman. Sedangkan akar mempunyai peranan penting pada tanaman pertanian.

4.5  KAJIAN PENGARUH BOBOT ISI DAN BOBOT JENIS DALAM USAHA PERTANIAN
Pengaruh dalam usaha pertanian dari bobot isi dan bobot jenis tanah sangat banyak, di antaranya dalam proses infiltrasi tanah, jika sebuah tanah memiliki rongga atau pori-pori yang banyak maka penyerapan air akan baik atau cepat. Tanah yang berstruktur mantap berat isinya juga akan tinggi. Itu dikarenakan tanah tersebut memiliki kerapatan yang tinggi, sehinga akar dari tumbuhan atau tanaman tesebut akan sulit menembus atau memecah tanah dan air akan sulit untuk meresap kedalam tanah, sehingga air akan mudah tergenang di atas permukaan tanah. Untuk mengatasi itu, maka diperlukan usaha pengolahan tanah yang baik, diantaranya dengan cara membajak tanah dan menggemburkan tanah. Dengan membajak tanah, akan membuat ronga atau pori-pori dalam tanah menjadi lebih banyak, sehingga penyerapan air, udara, dan berbagai mineral yang dibutuhkan tanaman dapat lebih mudah.
Dalam mempelajari berat isi dan berat jenis tanah dapat ditentukan berapa pupuk yang dibutuhkan untuk pemupukan lahan tersebut sehingga kita dapat meminimalisir pemakaian pupuk. Dengan kata lain dalam teorinya, pengolahan lahan dapat mengurangi berat isi dan berat jenis tanah pada suatu jenis lahan. Sehingga akar tanaman bisa menembus tanah dengan baik dan tanaman bisa tumbuh dengan subur, baik pada lahan semusim, lahan produksi, dan lahan kampus.
( Hanafiah, 2005 )


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1  KESIMPULAN
1.      Bobot Isi dan Bobot Jenis digunakan untuk konversi prosentasi air ke kandungan air volume, menghitung porositas
2.      Hasil pada praktikum menunjukkan bahwa bobot tanah pada saat basah lebih berat dari pada setelah di oven.
5.2  SARAN
1.      Dalam menentukan berat isi dan berat jenis tanah, praktikan harus betul-betul memahami apa itu berat isi tanah dan berat jenis tanah dan bagaimana cara menentukan dan perbedaan kedua berat tanah tersebut agar tidak terjadi kekeliruan dalam melakukan perhitungan. 
2.      Dari data di atas masih ada yang belum sempurna dan mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf dan berharap mendapat bimbingan lebih lanjut agar mahasiswa lebih paham mengenai berat isi dan berat jenis partikel tanah.

DAFTAR PUTAKA
-          Anonymous,a.2010.http://www.answers.com/topic/bulk-density.22okt’10.
-          Darmawijaya, M. Isa. 1997. Klasifikasi Tanah. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
-          Hakim.1986.Dasar-Dasar Fisika Tanah. Jurusan Tanah Fakultas Pertanian UB. Malang
-          Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.Jakarta : Divisi Buku Perguruan Tinggi. PT. Raja Grafindo Persada.
-          Hardjowigeno, Sarnono. 1992. Ilmu Tanah. Jakarta : Maduatama Sarana Pratama.
-          Rahardjo, pudjo dkk. 2001. Peranan Beberapa Macam Sumber dan Dosis Bahan Organik terhadap ketersediaan Air bagi Tanaman. Pusat Penelitian The dan Kina. Gambung
-          Tim Dosen Jurusan Tanah FPUB. 2010. Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah. Universitas Brawijaya. Malang





BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Tanah adalah kumpulan partikel padat dengan rongga yang saling berhubungan. Rongga ini memungkinkan air dapat mengalir di dalam partikel melalui rongga dari satu titik yang lebih tinggi ke titik yang lebih rendah. Sifat tanah yang memungkinkan air melewatinya pada berbagai laju alir tertentu disebut permeabilitas tanah. tanah yang berbeda akan memiliki permeabilitas yang berbeda.
Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya. Permeabilitas erat kaitannya dengan pertanian. Untuk itu padalaporan ini akan dibahas tentang permeabilitas tanah.
1.2  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui pengertian permeabilitas
2.      Untuk mengetahui faktor yang mempemgaruhi permeabilitas
3.      Untuk mengetahui faktor yang dipengaruhi permeabilitas

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PENGERTIA PERMEABILITAS

Permeabilitas tanah adalah kemampuan tanah untuk menghantarkan zat-zat tertentu melalui pori-porinya.
(Tim Dosen Jurusan Tanah,2010)
Permeabilitas tanah adalah Kemampuan tanah melewatkan air.
(Tutti, 2008)

Permeabilitas tanah adalah suatu ukuran kemudahan aliran melalui suatu media.
(anonymous, 2009)



2.2 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMEABILITAS
1.      Porositas
Jika pori-pori semakin besar maka permeabilitasnya cepat, jika pori-porinya kecil maka permeabilitasnya lambat.
2.      Grafitasi
Jika gravitasi semakin besar, maka permeabilitasnya juga semakin cepat. Begitu sebaliknya, jika gravitasinya kecil maka permeabilitasnya lambat.
3.      Tekstur
Jika tekstur pasir dan debu, permeabilitascepat. Jika tekstur liat, permeabilitas lambat.
4.      Struktur
Semakin padat struktur, semakin lambat tanah untuk melakukan permeabilitas.

(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)
2.3 FAKTOR YANG DIPENGARUHI PERMEABILITAS
1.         Infiltrasi
Proses masuknya air ke permukaan tanah.
2.         Perkolasi
Peristiwa bergeraknya air kedalam tanah.

3.         Drainase
Proses kehilangan air dalam tanah.
4.         Kadar Air
Pori besar kadar air banyak.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)

BAB III
METODOLOGI

3.1     ALAT DAN BAHAN
ALAT
1.      Bolpoin    : untuk menulis
2.      Kertas       : untuk menuliskan hasil
3.      Ring         : tempat tanah sample
4.      Silinder     : tempat ring sample yang akan di beri air
5.      Gelas aqua : penadah air permeabilitas
6.      Botol air   : wadah air
7.      Timer        : untuk menghitungb waktu
8.      Gelas ukur : untuk menghitung volume air
BAHAN
1.    Tanah sample       : bahan penelitian
2.    Aquades               : bahan penelitian

3.2     ALUR KERJA
Menyiapkan alat dan bahan

Melakukan penelitian permebilitas tanah
(sampel pada ring dimasukkan ke silinder/alat ukur konstan dan di beri air)

masukkan dalam silinder di hitung tingginya air di dalam silinder

setelah tingginya air dalam alat pengukur konstan, ukur air yang menetes dalam waktu 1menit. Ulangi sampai 3 kali.

ambil rata-rata dari ketiga pengukuran tadi dan hitung hantaran hidrauliknya

Menuliskan hasil

3.3     ANALISIS PERLAKUAN
Penetapan permeabilitas tanah menurut hasil penelitian di lakukan dengan cara kuantitatif, pertama menyiapakan alat dan bahan. Kemudian merendam sampel dalam bak perendam selama 24 jam. Tanah sample dengan tabungnya di pindah ke alat penetapan hantaran hidraulik jenuh, kemudian air di alirkan ke dalam alat tersebut. Setelah tinggi air dalam alat pengukur konstan, ukur air yang menetes dalam waktu 1 menit dan ulangi sampai 3 kali. Volume air 1 = 38,5, volume 2 = 42, volume 3=43 dan rata-rata volumenya 41,16. Kemudian menghitung hantaran hidrauliknya. KHJ = 0,5262
Penetapan permeabilitas pada jurnal menggunakan metode survey, pertama menyiapkan alat dan bahan. Cara penentuan pengambilan sampel diawali dengan menentukan titik referensi lalu menentukan titik selanjutnya berdasarkan jarak dari sungai Barito dengan menggunakan GPS. Pada masing-masing titik dengan kedalaman 0 – 30 cm diambil 2 (dua) sampel tanah untuk sampel tanah tidak terusik dengan menggunakan ring sampel dan sampel tanah terusik. Parameter yang diamati dalam penelitian ini adalah Pengukuran permeabilitas tanah dengan metode permeameter. Hasilnya, Semakin jauh jarak dari sungai permeabilitas semakin tinggi, sedangkan kadar garamnya menurun seiring dengan bertambah jauhnya jarak dari sungai.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1              TABEL HASIL PENGAMATAN
tanah
Diameter silinder
(cm)
Panjang
(cm)
Tinggi air (cm)
Waktu
(menit)
Vol terkumpul
Vol rata-rata
Luas permukaan
KHJ
1
2
3
A
5,4
4,8
17
1
35
31
34
33,3
22,89
0,4107
B
5,4
4,8
20,5
1
38,5
42
41,16
41,16
22,89
0,5262

4.2              PERHITUNGAN

4.3              PEMBAHASAN
4.3.1        PEMBAHASAN NILAI  KHJ SAMPLE TANAH
Nilai KHJ kedua tanah berbeda, hal ini dipengaruhi adanyan perbedaan volume rata-rata dari alat ukur konstan, dan tinggi alat ukur tersebut/silinder. Nilai KHJ pada sampel A=0,4107 , sampel B=0,5262.
4.3.2        HUBUNGAN PERMEABILITAS DENGAN EROSI
Permeabilitas yang lambat akn menyebabkan limpasan permukaan (run off) yang menyebabkan terjadinya erosi.
4.3.3        HUBUNGAN PERMEABILITAS DENGAN PERTANIAN
Permeabilitas tanah adalah Kemampuan tanah melewatkan air. Bagi tanaman air itu sangat penting untuk tumbuh. Permeabilitas tanah yang baik maka tanaman tumbuh dengan baik, dan pertanian pun akan menghasilkan hasilm yang baik pula.

BAB V
PENUTUP


5.1 KESIMPULAN
1.      Hukum Darcy menjelaskan tentang kemampuan air mengalir pada rongga-rongga (pori) dalam tanah dan sifat-sifat yang memengaruhinya.
2.      Dari hasil penelitian dapat di simpulkan perbedaan permeabilitas tanah disebakan oleh perbedaan dari sampel tanah, volume rata-rata, luas permukaan, panjang tanah, dan tinggi air.


5.2 SARAN
1.    Dari data di atas masih ada yang belum sempurna dan mempunyai kekurangan, oleh karena itu penulis memohon maaf dan berharap mendapat bimbingan lebih lanjut.
2.    Permeabilitas erat kaitannya dengan pertanian, untuk itu masyarakat umumnya petani dan mahasiswa jurusan pertanian perlu untuk memepelajari tentang permeabilitas tanah.

DAFTAR PUSTAKA


-         Anonymous, 2009.http://tinnie.blogspot.com.13Nov’10
-         Tim Dosen Jurusan Tanah. 2010.  Panduan Praktikum Dasar Ilmu Tanah.  Malang : FP UB .
-         Tutti. 2008.  Hubungan Permeabilitas dengan Kadar Garam Berdasarkan Jarak dari Sungai di Lahan Pasang Surut. PS Ilmu Tanah Univ. Lambung Mangkurat







BAB I
PENDAHULUAN
1.1     Latar Belakang

Tanah merupakan suatu yang sangat penting bagi para petani karna tanah sangt berpengaruh sekali terhadap pertumbuhan suatu tanaman  sehingga kesuburan tanah tersebut sangat di perhatikan sekali oleh para petani
Dalam laporan ini akan membahas tentang bahan organic tanah  dan pengapuran di mana keduanya ini juga sangat berpengaruh terhdap kesuburan suatu tanah. Bahan organik tanah  lebih mengacu pd bahan (sisa jaringan tanaman/ hewan) yang telah mengalami perombakan/ dekomposisi baik sebagian/seluruhnya, yg telah mengalami humifikasi maupun yg belum Kandungan bahan organik tanah menunjukkan salah satu indikator tingkat kesuburan tanah,Adapun pengapuran merupakan  suatu hal yang dilakukan terhadap tanah dengan memberikan zat kapur yang bertujuan untuk menghilangkan sifat keasaman terhadap tanah terseebut
Mengingat pentingnya hal tersebut kita sebagai mahasiswa pertanian diharuskan mempelajarinya agar kita dapat menjadikan  tanah di Indonesia ini lebih baik dan juga menjadikan pertanian Indonesia menjadi lebih maju dari pada yang sekarang
1.2    Tujuan
1.       Untuk mengetahui pengertian C-organik
2.       Untuk mengetahui pengertian pengapuran
3.      Untuk mengetahui manfaat bahan organik tanah
4.      Untuk mengetahui manfaat pengapuran
5.      Untuk mengetahui sifat kimia tanah
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1    Pengertian c- organic
C-Organik adalah bahan Carbon tanaman yang bersumber dari sisa mahluk hidup yang telah melalui pelapukan.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)

2.2  Definisi Pengapuran
Pengapuran merupakan suatu tindakan pemberian zat kapur terhadap suatu tanah di mana pengapuran ini bertujuan untuk meningkatkan pH tanah atau mengurangi kemesaman suatu tanah.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)
2.3  Manfaat Bahan Organik
Manfaat bahan organic salah satunya adalah sebagai indikator terhadap   kesuburan suatu tanah. Bahan organik merupakan pembentuk granulasi dalam tanah dan sangat penting dalam pembentukan agregat tanah yang stabil. Bahan organik adalah bahan pemantap agregat tanah yang tiada taranya. Aerasi tanah menjadi lebih baik karena ruang pori tanah (porositas) bertambah akibat terbentuknya agregat.
(Anonymous, 2010)

2.4  Manfaat Pengapuran
1.        Menurunkan pH tanah
2.        Menurunkan kelarutan Al
3.      Meningkatkan kandungan unsur hara Ca dan Mg
4.      Memperbaiki tekstur, struktur dan memantapka agregat tanah
5.      Menurunkan tingkat bahaya erosi karena agregat tanh yang mantap
6.      Memperbaiki sifat biologi tanah seperti aktivitas mikro organisme








2.5   Kriteria penilaian sifat kimia tanah
                Sebagian besar kriteria status sifat fisik tanah dikelompokkan kedalam lima kategori, yaitu :
1.       Sangat rendah
2.       Rendah
3.      Sedang
4.      Tinggi
5.      Sangat tinggi

SIFAT TANAH
SANGAT RENDAH

RENDAH

SEDANG

TINGGI
SANGAT TINGGI
N (%)
< 0,10
0.10 - 0,20
0,21 – 0,50
0,51 - 0,57
>  0,75
P2O5 HCl (mg/100g)
< 10
10 - 20
21 – 40
41 – 60
>  60
P2O5 oslen (ppm)
< 10
10 - 25
26 – 45
46 – 60
>  60
K (cmol (+)/kg)
< 0,1
0,1 – 0,2
0,3 – 0,5
0,6 – 1,0
>  1,0
Tabel kriteria penilaian sifat kimia tanah
(Anonymous, 2010)
BAB III
METODOLOGI
3.1   Alat dan Bahan
Alat C-Organik :
·         Tabung Erlenmeyer            : Untuk mencampur tanah + larutan
·         Gelas Ukur                               : menakar larutan
·         Timbangan Analitik           : menimbang tanah
·         Pipet                                            : memasukkan air dg jumlah sedikit
·         Ruang pengasaman          : untuk mengasamkan
·         Alat titrasi                                                : untuk oroses tritasi
Alat pengapuran
·         Fial film                                     : pencampuran tanah + larutan
·         Timbangan                             : menakar tanah
·         pH-meter                                  : mengukur pH
BahanC-Organik :
·         sample tanah                         : bahan penelitian
·         K2Cr2O7                                                           : mengikat C tanah
·         H2SO4                                                                 : memecah rantai C
·         H2O atau Aquades              : menghentikan reaksi H2SO4
·         H3PO4                                                                : menghilangkn FeSO4
·         Indikator Difenilamin        : indikator bahan organik
·         FeSO4                                           : titrasi
Bahan Pengapuran :
·         Sample tanah Oxisol + Ultisol    : bahan penelitian
·         H2O                                                              : campuran tanah
·         CaCO3                                                         : cmpuran tanah

3.2   Alur Kerja
C-Organik :
Menyiapkan alat dan bahan
 


Menimbang tanah sebesar 0,5 gr dengan menggunakan timbangan analitik
 lalu menaruhnya pada labu erlenmeyer



 


Menimbang K2Cr2O7 sebesar 10 ml

 

Memasukkan K2Cr2Omenggunakan pipet dan memasukkan  melalui
dinding-dinding labu Erlenmeyer untuk menghindari reaksi



 


Menambahkan H2SO4 sebanyak 20 ml



 


Memasukkan pada ruang pengasaman selama 15 menit



 


Menambahkan H2O sebanyak 200 ml



 


Menambahkan H3PO4 sebanyak 10 ml
 


Menambahkan difenilamin sebanyak 30 tetes



 


Menambahkan FeSO4 pada saat titrasi
 


Mencari C organik
 


Mencatat hasilnya dan melaporkan hasil pengamatan


Pengapuran :
Siapkan alat dan bahan
Masukkan masing-masing  sampel tanah (Ultisol dan Axisol) pada ke 4 fial film, masing-masing sebanyak 10 gr
Beri 10 ml aquades dan 10 ml CaCO3 pada masing-masing sampel
Kocok sampel tanah tersebut selama 15 menit
Diamkan sampel tanah hinga mengendap (+ 5 menit)
Ukur pH tanah dengan menggunakan pH meter

3.3 Analisan Perlakuan (beserta tujuan praktikum)
                Pada paktikum kali ini dilakukan praktikum c-organik dan praktikum pengapuran. Praktikum c-organik bertujuan untuk mengetahui presentase kesuburan tanah yang terdiri dari berbagai ikatan C. Sedangkan untu pengapuran yaitu bertujuan untuk mengetahui kadar kapur dalam tanah.
Pada praktikum pertama yaitu c-organik, pertama-tama tanah ditimbang seberat 0,5 gram, lalu dimasukkan kedalam gelas erlenmeyer lalu tambahkan dengan K2Cr2O7 sebanyak 10ml, lalu tambahkan H2SO4 sebanyak 20ml. Lalu ditempatkan pada ruang asam selama 15 menit. Setelah itu tambahkaan dengan aquades 200ml untuk menghentikan reaksi, lalu ditambahkan H3PO4 sebanyak 10ml lalu tambahkan dengan indikator difenilamina sebanyak 30 tetes hingga berubah warna menjadi hitam. Lalu letakkan pada alat titrasi dengan Fe2SO4 (1mol) hingga berubah warna menjadi hijau, lalu hitung ml Fe2SO4 yang berkurang.
Untuk praktikum pengapuran, tanah yang digunakan yaitu ultisol dan oxisol. Siapkan 4 fial film, tiap fial film diisi tanah ultisol dan oxisol lalu beri H2O dan CaCO3 pada sampel tanah tersebut. Setelah itu kocok selama 5 menit endapkan selama 10 menit. Lalu hitung pH larutan tanah tersebut dengan pH meter.

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1   Data C-Organik dan Pengapuran
C-Organik:
Sample tanah
Volume
1
8,5 ml

Pengapuran:
JENIS TANAH
pH
SUHU
H2O
CaCO3
H2O (0C)
CaCO3 (0C)
Oxisol
5,84
4,47
28,4
28,3
Ultisol
6,14
5,03
29,2
28,2

4.2  Perhitungan C-Organik dan Pengapuran

Blanko=10,5
Fka =1,25

Untuk menghitung kadar C, gunakan rumus:
% c-organik tanah =
 

Setelah kadar % c-organik tanah diketahui, maka dapat dicari % bahan organic tanah. Rumus % bahan organic tanah:
% bahan organic =
Dari rumus tersebut maka kadar c-organik dalam tanah sampel adalah:
% c-organik tanah =  
                                       = 1,157
Dan bahan organic yang terkandung:
% bahan organic =              
                                     = 1,99

Untuk pengapuran hanya perlu melihat angka yang tertera dalam pH meter. Dalam pH meter ditunjukkan pH sekaligus suhu tanah.
Data yang didapat adalah:
v  Tanah oxisol:
A: pH= 5,83; suhu=28,4°C
B: pH=4,46 ; suhu= 28,3°C
v  Tanah ultisol:
A: pH=6,14 suhu= 29,2°C
B : pH = 5,03; suhu = 28,2C°

4.3         Interpretasi Data
Pengapuran:
Tanah Ultisol memiliki kemasaman kurang dari 5,5 sesuai dengan sifat kimia, komponen kimia tanah yang berperan terbesar dalam menentukan sifat dan ciri tanah umumnya pada kesuburan tanah. Nilai pH yang mendekati minimun dapat ditemui sampai pada kedalaman beberapa cm dari dari batuan yang utuh (belum melapuk). Tanah-tanah ini kurang lapuk atau pada daerah-daerah yang kaya akan basa-basa dari air tanah pH meningkat pada dan di bagian lebih bawah solum (Hakim,dkk. 1986). Namun, dalam pengamatan didapat bahwa pH tanah ultisol mencapai 5,83 saat dicapur dengan air, dan 4,46 sat dicampur dengan CaCO3.
Tanah oxisol:
Tanah oxisol adalah tanah yang memiliki pH rendah. Dari pengukuran yang didapat pH tanah oxisol adalah: setelah dicampur dengan air: pH= 5,83; suhu=28,4°C. setelah dicampur CaCO3 : pH=4,46 ; suhu= 28,3°C

C-Organik:
Bahan organik mampu memperbaiki kualitas tanah apabila telah mengalami perombakan yang cukup. Permasalahan yang sering dihadapi adalah dalam hal menentukan dosis bahan organik dan lama inkubasi yang tepat.
Dari hasil perhitungan didapat kadar bahan organic dalam tanah sampel adalah 1,99%.

BAB V
PENUTUP

·         Kesimpulan
Bahan organik adalah bagian dari tanah yang merupakan suatu sistem kompleks dan dinamis, yang bersumber dari sisa tanaman dan atau binatang yang terdapat di dalam tanah yang terus menerus mengalami perubahan bentuk, karena dipengaruhi oleh faktor biologi, fisika, dan kimia. Bahan Organik Tanah adalah semua jenis senyawa organik yang terdapat di dalam tanah, termasuk serasah, fraksi bahan organik ringan, biomassa mikroorganisme, bahan organik terlarut di dalam air, dan bahan organik yang stabil atau humus. Bahan organik dapat berpengaruh terhadap perubahan terhadap sifat-sifat tanah, mulai dari sifat fisik tanah, sifat kimia tanah, dan sifat biologi tanah. Penggunaan lahan yang digunakan secara intensif akan mengakibatkan kandungan bahan organiknya akan menurun.

·         Saran
Praktikan sebaiknya melalukan pengamatan sesuai dengan prosedur agar data hasil praktikum yang didapat sesuai .
          
DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2010.http://wikipedia.com. diakses tanggal 18 November 2010
Anonymous, 2010.dasar ilmu tanah.com. diakses tanggal 18 November 2010
Tim Dosen Jurusan Tanah. 2010. Dasar Ilmu Tanah. Malang : UNIBRAW.








BAB I
TINJAUAN PUSTAKA

1.1   Jenis Cacing Tanah
1.       Cacing tanah endogeik (endogeic)
Cacing ini mengorek jauh kedalam tanah secara menegak dan membentuk terowong yng tetap sebagai tempat tinggalnya.
2.       Cacing tanah anekik (anecic-soil dwelling)
Cacing ini berterusan mengorek tanah secara menegak dan mendatar, dimana khirnya membentuk jaringan terowong sementara di lapisan rizosfera yaitu berhampiran akar pokok.
3.       Cacing tanah epigeik (epigeic-litter dwelling)
Cacing ini tinggal di lapisan tanah paling atas tanah. Cacing tanah jenis ini tidak begitu kuat mengorek berbanding dua jenis yang lain. Ia hanya mengorek lubang yang cetek, cukup sekadar bagi melarikan diri secara sementara, berlindung daripada haba ataupun gangguan.
(Sukami.2009)
1.2   Gambar Organ Tubuh Cacing Tanah
(anonymous,a.2009)


a.       Prostomium (mulut) : berfungsi menggantikan mata, mampumembedakan material berbahaya selama proses makan.
b.      Seta : pencengkeram atau perekat yang kuat.
(khairuman, 2009)
c.       Peristomium (kepala) : membuat lubang (pori-pori) untuk rumah.
d.      Clitellium : bengkakan dibagian antrior yang merembeskan bahan untuk memebentuk cocoon.
e.      Cocoon : telur cacing.
f.        Periproct (anus) : pembuangan cast (untuk penyuburan tanah).
(sukami,2009)
1.3   Syarat Hidup Optimum Cacing Tanah
Cacing hidup ditempat lembab dan dan tidak terkena matahari secara langsung. Kelembaban penting untuk mempertahankan cadangan air dalam tubuhnya. Cacing tanah dan bahan organik, memperolrh nutrisi dari mikroorganisme yang hidup didalam lapisan organik. Suhu optimum untuk pertumbuhan cacing dan penetasan kokon adalah antara 15°-25° C. Suhu yang lebih tinggi dari suhu di atas masih dapat ditoleransi asalkan ada naungan yang cukup baik dan kelembaban optimal.
(Indriani,2007)
1.4   Peran Cacing Tanah Bagi Kesuburan Tanah
1.       Memperbaiki tata ruang tanah
2.       Membentuk pori tanah : cacing beraktivitas didalam tanah baik secara vertikal maupun horizontal, sehingga jumlah pori makro tanah bertambah.
3.       Infiltrasi (jalannya air didalam tanah) : infiltrasi penting untuk mengendalikan limpasan permukaan dan pengangkutan partikel tanah (erosi).
4.       Agen bioturbasi : pembalikan dari atas kebawah atau sebaliknya yang dilakukan cacing untuk mendistribusikan agar bahan organik merata didalam tanah.
(Tim Dosen Jurusan Tanah, 2010)
5.       Sebagai pengurai (Dekomposer) : cacing dapat mengubah bahan organik menjadi kompos.
(palungkun,1999)
BAB II
METODE PRAKTIKUM
2.1   Alat Dan Bahan
Alat
1.       Planimeter : mengukur gerak cacing
2.       Planarcage : tempat pengamatan cacing
3.       Spidol : menandai jalannya cacing
Bahan
1.       Cacing : bahan penelitian
2.       Tanah Inceptisol 100% : tempat cacing pada planarcage A
3.       Tanah Ultisol 100% tempat cacing pada planarcage B

2.2   Komposisi Masing-masing Planarcage
A1 : Tanah inceptisol 100% jenis seresah A
A2 : Tanah inceptisol 100% jenis seresah A
B1 : Tanah ultisol 100% jenis seresah A
B2 : Tanah ultisol 100% jenis seresah A

2.3   Metode Pengamatan Pergerakan Cacing Tanah
Siapkan alat dan bahan

Letakkan tanah dan cacing pada planarcage

Amati gerak cacing pada planarcage

Beri tanda merah putus-putus pada lintasan pergerakan cacing

Ukur panjang total lintasan cacing tanah dengan planimeter

Dokumentasi dan hasil



2.4   Analisis Perlakuan Planarcage
Planarcage diisi dengan jenis tanah yang berbeda, seresah sebagai bahan organic dan masing-masing planarcage diisi 5 buah cacing tanah. Planarcage A diisi dengan tanah jenis Inceptisol 100% dan seresah. Planar B diisi dengan jenis tanah Ultisol 100% dan seresah. Planarcage C dan D diisi dengan campuran tanah jenis Inceptisol 50% dan Ultisol 50% serta seresah. Planarcage E diisi dengan campuran tanah Inceptisol 40% dengan tanah Ultisol 50% serta seresah. Planarcage F diisi dengan campuran tanah Inceptisol 60% dengan tanah Ultisol 40% serta seresah. Dan didiamkan selama tiga minggu sebelum dilakukan pengamatan. Planarcage ditempatkan di tempat yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung agar tidak mengganggu pertumbuhan cacing tanah. Pengamatan palanarcage dilakukan di tempat yang diterangi cahaya, namun tidak terlalu tinggi intensitasnya agar tidak mengganggu cacing tanah.


BAB III
HASIL DAN PENGAMATAN
3.1   Tabel Hasil Pengamatan

PLANARCAGE
JENIS SERESAH
ULANGAN
PANJANG LIANG (cm)
TOTAL (cm)
CACING AWAL
CACING AKHIR
H1
H2
H3
H4
ΣEKOR
BERAT (gr)
ΣEKOR
BERAT (gr)
COCON
A
INCEPTISOL 100%
A
A1
93
18,5
75
30
216,5
5
11,7
7
9,05
1
A2
22,9
20
98
16
156,9
B
ULTISOL 100%
A
B1
49
148
98
95
390
5
12,24
13
8,54
2
B2
46
123
72
138
379
C
INCEPTISOL 50%
A
C1
89
37
40
48
214
5
10,31
4
7,28
2
ULTISOL 50%
C2
71
70
46
36
223
D
Inceptisol 50%
A
D1
120
38
288
130
576
5
11,80
5
10,35
0
Ultisol 50%
D2
43
66
198
144
451
E
Inceptisol 40%
A
E1
325
45
19
37
426
5
10,58
11
8,56
8
Ultisol 60%
E2
340
99
17
77,5
533,5
F
Inceptisol 60%
A
F1
185
37
85
56
363
5
11,53
9
9,77
4
Ultisol 40%
F2
260
72
81
35
448


3.2   Dokumentasi Hasil Planarcage

                                    







Planarcage B1-B2 warna merah putus-putus
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1    Analisa Pergerakan Cacing Tanah Pada Masing-masing Planarcage
Planarcage A
Pada planarcage A1, pada H1 cacing bergerak sepanjang 93 cm. Pada H2 cacing bergerak sepanjang 18.5 cm, H3 cacing bergerak sepanjang 75 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 30 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 216.5 cm.
Pada planarcage A2 pada H1 cacing bergerak sepanjang 22.9 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 20 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 98 cm dan pada H4 cacing berderak sepanjang 18 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 156.9 cm.
Planarcage B
Pada planarcage B1, pada H1 cacing bergerak sepanjang 49 cm, pada H2 bergerak sepanjang 149, pada H3 sepanjang 98 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 95 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 390 cm.
Pada planarcage B2 pada H1 cacing bergerak sepanjang 46 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 123 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 72 cm dan pada H3 cacing bergerak sepanjang 138 cm. Jadi total pergerakan cacing tanah adalah sepanjang 379 cm.
Planarcage C
Pada planarcage C1, total pergerakan cacing adalah sepanjang 390 cm. Pada H1 cacing bergerak sepanjang 89 cm, pada H2 bergerak sepanjang 37 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 40 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 48 cm.
Pada planarcage C2 pada H1 cacing bergerak sepanjang 71 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 70cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 46 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 36 cm. Jadi  total pergerakan cacing adalah sepanjang 223 cm.
Planarcage D
Pada planarcage D1, pada H1 cacing bergerak sepanjang 130 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 28 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 338 cm dan pada H3 cacing bergerak sepanjang 130 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 576 cm.
Pada planarcage D2, pada H1 cacing bergerak sepanjang 43 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 66 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 198 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 144 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 451 cm.
Planarcage E
Pada planarcage E1, pada H1 cacing bergerak sepanjang 325 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 45 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 19 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 37 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 426 cm.
Pada planarcage E2, pada H1 cacing bergerak sepanjang 340 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 99 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 17 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 77,5 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 533,5 cm.
Planarcage F
Pada planarcage F1, pada H1 cacing bergerak sepanjang 185 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 37 cm, pada H3 cacing bergerak sepanjang 85 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 56 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 363 cm.
Pada planarcage F2, pada H1 cacing bergerak sepanjang 260 cm, pada H2 cacing bergerak sepanjang 72 cm dan pada H3 cacing bergerak sepanjang 81 cm dan pada H4 cacing bergerak sepanjang 35 cm. Jadi total pergerakan cacing adalah sepanjang 448 cm.

4.2   Keadaan Populasi Cacing Tanah pada Masing-masing planarcage

-            Pada planarcage A, cacing yang dimasukkan adalah 5 ekor dan setelah berada dalam planarcage selama tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 7 ekor.
-          Pada planarcage B, cacing yang dimasukkan dalam planarcage adalah 5 ekor. Setelah tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 13 ekor.
-          Pada planarcage  C, cacing yang dimasukkan dalam planarcage adalah sebanyak 5 ekor. Setelah tiga minggu, jumlah cacing berkurang menjadi hanya 4  ekor.
-          Pada planarcage  D, cacing yang dimasukkan dalam planarcage adalah sebanyak 5 ekor. Setelah tiga minggu, cacing tidak bertambah maupun berkurang, namun tetap 5 ekor.
-          Pada planarcage  E, cacing yang dimasukkan adalah sebanyak 5 ekor. Setelah tiga minggu cacing berkembang biak menjadi 11 ekor.
-          Pada planarcage  F, cacing yang dimasukkan dalam planarcage adalah sebanyak 5 ekor. Setelah tiga minggu, cacing berkembang biak menjadi 9 ekor

4.3   Peran Cacing Tanah Yang Dapat Diamati pada Planarcage
Berdasarkan pengamatan terhadap cacing dalam planar cage, maka dapat diketahui bahwa peran cacing adalah untuk memperbaiki pori tanah. Selain itu cacing juga berperan dalam perbaikan tata ruang tanah, sebagai pengurai, memperbaiki infiltrasi dan sebagai agen bioturbasi (pembalikan tanah oleh cacing untuk distribusi bahan organic, agar bahan organic merata dalam tanah).

BAB V
PENUTUP

5.1   Kesimpulan
1.       Jenis cacing tanah ada 3, endogeik, enekik, dan epigeik. Dan masing-masing terdapat pada lapisan tanah yang berbeda.
2.       Pada hasil penelitian panjan total pergerakan cacing pada planarcage B1-B2 tanah ultisol 100% semakin panjang selama 4 hari, jumlah totalnya yaitu 390 & 379 cm.

5.2   Saran
1.       Perlu adanya ketelitian dalam penelitian, agar data yang didapat jelas dan benar
2.       Cacing tanah penting untuk kesuburan tanah dan penting untuk pertumbuhan tanaman, untuk itu masyarakat petani khususnya, dan mahasiswa jurusan pertanian perlu untuk mempelajari tentang cacing tanah.

DAFTAR PUSTAKA
                                                                                                                               
-          Anonymous, a .2009.http://amintabin.blogspot.com/2009/12/laporan-praktikum-filum-vermes-dan.html.27nov’10

-          Indriani, Yovita Hety. 2007. Membuat Kompos Secara Kilat. Jakarta : Niaga Swadaya.

-          Khairuman & khairul Amri.2009. Mengeruk Untung dari Beternak Cacing. Jakarta : AgroMedia.

-          Palungkun, Rony.1999. Sukses beternak cacing tanah. Jakarta: Penebar Swadana.

-          Sukami, mohd saat.2009.Buat Duit Dengan Cacing Tanah. Kuala Lumpur : profesional.

-          Tim Dosen Jurusan Tanah. 2010. Dasar Ilmu Tanah. Malang : UNBRAW.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar